Meet Nadia Lovely
“Seriusan namanya Nadia Lovely?” “Kirain nickname doang, ternyata nama asli ya?”
Begitulah reaksi kebanyakan orang ketika mendengar nama lengkapku. Dulu, aku benci dengan nama ku, kebanyakan teman-teman SD ku mengejek nama belakang ku dengan di plesetkan menjadi sesuatu yang jorok.
Namun, hal ini berubah semenjak aku masuk ke SMK. Teman, guru, dan orang lain menjadi lebih gampang mengenali diriku.
“Ooh yang namanya ada Lovely nya itu kan?”
Aku jadi gampang diingat dan seperti punya tempat tersendiri di ingatan mereka tentang nama ku.
Saat ini aku berada di kelas 12 SMK, tepatnya di SMK Telkom Malang, dengan jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Seperti kebanyakan anak semester akhir pada umumnya, aku mengalami kebingungan menentukan jalan apa yang harus aku ambil setelah kelulusan. Anak pertama perempuan yang menjadi “harapan” keluarga agar harus bisa sukses ini mengalami dilemma antara kuliah sambil bekerja atau kuliah sambil mengandalkan beasiswa yang tinggal sedikit lagi bisa aku raih (not sure i really can get it or nah, but wish me luck). Jangan ditanya kenapa aku bisa berada di situasi ini, akan aku jelaskan di lain tulisan.
Aku lumayan menyesali masa SMK ku yang terlihat monoton selama 3 tahun terakhir — makan, coding, lomba, tidur, repeat — . Kemana sisi extrovert ku semasa SMP menghilang? sisi dimana aku menjadi seseorang yang mudah bergaul, memulai percakapan, lebih percaya diri, dan tidak mudah awkward dengan situasi. Sisi dimana aku tidak takut menyapa orang yang aku kenal terlebih dahulu.
Nasi sudah menjadi bubur — katanya
Seharusnya aku bisa mengisi masa SMK ku menjadi sedikit lebih berwarna, main mengelilingi indahnya Malang dengan teman, menjadi anggota yang aktif bersuara di organisasi, atau bahkan memulai hobi baru.
Namun, sudah terlalu banyak waktu yang terbuang begitu saja. Aku menyadari bahwa “hidup itu singkat” bukan hanya sebuah klise belaka, melainkan sebuah kenyataan yang harus dihadapi dengan bijak. Aku harus mulai memikirkan langkah apa yang harus diambil setelah lulus nanti, agar penyesalan ini tidak terulang. Seperti yang dikatakan oleh William Penn